Setia Hati mengandung arti dan
makna : Diri Setia Kepada Hati-Sanubari, Sedangkan Hati Sanubari
fungsinya selalu menghadap kiblat kepada TUHAN YANG MAHA ESA. Secara singkat ringkas : Yang dimaksud dengan Diri ialah totalitas atau keseluruhan utuh bulat daripada badan
wadag atau jasad dengan segala alat kelengkapannya, seperti pancaindera, akal
pikiran,kehendak keinginan, hawa nafsu dan lain sebagainya. Badan wadag atau
jasad dengan kelengkapannya itu kait mengkait, isi mengisi, serap menyerap satu
sama lain mewujudkan suatu sifat atau perbuatan secara utuh. Adapun Hati
Sanubari ialah Kalbu, Sukma, Rosing Roso, Rasa Jati, Hati Nurani atau
Pribadi. Kata Setia
mengandung arti : Tidak mau dipisahkan
betapapun situasi dan kondisinya. Ikhlas berkorban demi kesetiaannya
menurut kehendak, yang dilimpahi kesetiaannya secara mutlak. Kesetiaan itu pada
dasarnya berlandasan cinta kasih dan kasih sayang yang mendalam. Diri Setia Kepada Hati Sanubari disini berarti Diri yang sudah bersatu
manunggal dengan Hati Sanubari
berkiblat kepada Yang Maha Kuasa.
(1) Yang disebut Diri itu sesungguhnya apa
dari manusianya, jadi merupakan obyek
belaka, bukan subyek. Dengan kata lain Diri
adalah yang digunakan, bukan yang menggunakan; yang digerakkan,
bukan yang menggerakkan; yang diwisesa
bukan yang misesa. Bandingkan :
apa-nya yang melihat, dengan Siapa yang melihat Dengan demikian Diri berfungsi hanya sebagai (pra)
sarana belaka.
(2) Adapaun yang disebut Hati Sanubari, Pribadi, Rosing Rasa merupakan Siapa atau Subyek
daripada manusia-nya. Dengan demikian jadi yang
menggunakan, yang menggerakkan, yang mengaku, yang misesa. Akan merupakan
kesalahan yang besarlah, jikalau yang sesungguhnya obyek dianggap atau diperlakukan sebagai subyek, dan sebaliknya yang sesungguhnya subyek diperlakukan
dan dianggap hanya sebagai obyek. Diibaratkan : Sebuah pensil membuat
tulisan. Sesungguhnya pensil itu
hanya suatu benda/alat – sarana yang digerakkan untuk membuat tulisan. Pensil
baru dapat bergerak dan menulis kalau digerakkan atau dituliskan. Pensil tidak
akan dapat bergerak dan menulis sendiri tanpa adanya yang menuliskan. Tulisannyapun
sesngguhnya bukan kepunyaan pensil, akan tetapi kepunyaan yang
menuliskan. Tidakkah merupakan kesalahan besar, jikalau pensil itu menyatakan Saya menulis sendiri, dan tulisan ini
tulisanku. Hati Sanubari
berisikan rasa pangrasa yang halus dan
mendalam dan menjadi sarana Tuhan
untuk Menyatakan Diri dalam Wahyu atau Sasmitanya. Oleh karenanya Hati
Sanubari seolah-olah berfungsi sebagai Duta
Besar Berkuasa Penuh untuk ke Tuhan
dan dari Tuhan. Jikalau Diri sudah
bersatu manunggal dengan Pribadi dan
Diri berbuat menurut dan selaras
dengan Hati Sanubari, maka manusia
yang memiliki diri itu adalah pelaku-bulat
Illahi dan dapat disebut manusia
utuh-bulat, manusia pari-purna. Inilah tujuan persaudaraan Setia Hati,
membimbing para kadang menjadi insane S.H. sejati yang selalu hidup didalam Tuhan. Sudahkah kadang-kadang S.H.
merasa menjadi insane/manusia S.H. sejati.
Manifestasi
Perwujudan / manifestasi SETIA-HATI yang kami lihat dan kami ketahui pada umumnya masih terbatas pada perwujudan dalam bentuk Pencak Silat, jadi masih terbatas pada sinar, belum pada matahari-nya, masih terbatas pada Diri, belum sampai pada pribadi-nya ; dengan kata lain belum sampai kepada hakekat daripada SETYA-HATI..
PENCAK-SILAT S.H. dalam fungsinya untuk mempertahankan dan membela diri adalah salah satu sarana memperoleh keselamatan, keamanan dan ketentraman hidup. Yang dimaksud dengan keselamatan, keamanan dan ketenteraman lahir bathin menuju pada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
Keselamatan yang beraspek lahir diusahakan dengan melatih dan mengolah diri, sedang keamanan dan ketenteraman yang beraspek bathin perlu diusahakan dengan melatih pribadi. Pencak-Silat S.H.sesungguhnya tidak bisa dan tidak boleh dipisahkan dari jiwa pribadi S.H., seperti halnya dengan sinar matahari dari matahari atau sebaliknya matahari dari sinarnya. Begitu pula rasa manis dari madu atau sebaliknya madu dari rasa manis-nya. Kedua-duanya mewujudkan dwi-tunggal, dua eksistensi yang menyatu-manunggal, mewujudkan satu keutuhan bulat, satu totalitas.
Manifestasi
Perwujudan / manifestasi SETIA-HATI yang kami lihat dan kami ketahui pada umumnya masih terbatas pada perwujudan dalam bentuk Pencak Silat, jadi masih terbatas pada sinar, belum pada matahari-nya, masih terbatas pada Diri, belum sampai pada pribadi-nya ; dengan kata lain belum sampai kepada hakekat daripada SETYA-HATI..
PENCAK-SILAT S.H. dalam fungsinya untuk mempertahankan dan membela diri adalah salah satu sarana memperoleh keselamatan, keamanan dan ketentraman hidup. Yang dimaksud dengan keselamatan, keamanan dan ketenteraman lahir bathin menuju pada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
Keselamatan yang beraspek lahir diusahakan dengan melatih dan mengolah diri, sedang keamanan dan ketenteraman yang beraspek bathin perlu diusahakan dengan melatih pribadi. Pencak-Silat S.H.sesungguhnya tidak bisa dan tidak boleh dipisahkan dari jiwa pribadi S.H., seperti halnya dengan sinar matahari dari matahari atau sebaliknya matahari dari sinarnya. Begitu pula rasa manis dari madu atau sebaliknya madu dari rasa manis-nya. Kedua-duanya mewujudkan dwi-tunggal, dua eksistensi yang menyatu-manunggal, mewujudkan satu keutuhan bulat, satu totalitas.
Oleh karenanya tiada tepat dan
lengkaplah, mempelajari PENCAK-SILAT S.H. tanpa memperdalam JIWA–PRIBADI S.H.
atau sebaliknya memperdalam JIWA-PRIBADI S.H. tanpa memahami PENCAK-SILAT
S.H.
Kadang kita bicara SETIA HATI namun kita masih saja di kelabui olh perut dan pikiran .. tp baguslah itu merepakan pedoman buat kita tuk belajar diri . Mks
BalasHapus